Friday, October 10, 2014


PERILAKU KONSUMEN


TIGA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN KONSUMEN 
(1). Konsumen Individu
Pilihan merek dipengaruhi oleh ; (1). Kebutuhan konsumen, (2). Persepsi atas
karakteristik merek, dan (3). Sikap kearah pilihan. Sebagai tambahan, pilihan
merek dipengaruhi oleh demografi konsumen, gaya hidup, dan karakteristik
personalia.
(2). Pengaruh Lingkungan
Lingkungan pembelian konsumen ditunjukkan oleh (1). Budaya (Norma
kemasyarakatan, pengaruh kedaerahan atau kesukuan), (2). Kelas sosial (keluasan
grup sosial ekonomi atas harta milik konsumen), (3). Grup tata muka (teman,
anggota keluarga, dan grup referensi) dan (4). Faktor menentukan yang situasional (
situasi dimana produk dibeli seperti keluarga yang menggunakan mobil dan kalangan
usaha).
(3). Marketing strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam
memberitahu dan mempengaruhi konsumen. Variabel-variabelnya adalah (1).
Barang, (2). Harga, (3). Periklanan dan (4). Distribusi yang mendorong konsumen
dalam proses pengambilan keputusan. Pemasar harus mengumpulkan informasi dari
konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran dalam pengembangan
pemasaran. Kebutuhan ini digambarkan dengan garis panah dua arah antara strategi
pemasaran dan keputusan konsumen dalam gambar 1.1 penelitian pemasaran
memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai kebutuhan
konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.
Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen.
Ketika konsumen telah mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian
masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik kepada konsumen individu. Selama
evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola pengumpulan informasi
mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi
secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang
sama lagi.
Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran.
Pemasar akan mengiikuti rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data
penjualan. Tetapi informasi ini tidak menceritakan kepada pemasar tentang
mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari
merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran
diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan
kecenderungan pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan
pada manajemen untuk merumuskan kembali strategi pemasaran kearah
pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.

A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN 

Tipologi pengambilan keputusan konsumen : 
1. Keluasan pengambilan keputusan ( the extent of decision making) 
Menggambarkan proses yang berkesinambungan dari pengambilan keputusan
menuju kebiasan. Keputusan dibuat berdasrkan proses kognitip dari penyelidikan
informasi dan evaluasi pilihan merek. Disisi lain, sangat sedikit atau tidak ada 
keputusan yang mungkin terjadi bila konsumen dipuaskan dengan merek khusus dan 
pembelian secara menetap. 
2. Dimensi atau proses yang tidak terputus dari keterlibatan kepentingan 
pembelian yang tinggi ke yang rendah. 
Keterlibatan kepentingan pembelian yang tinggi adalah penting bagi konsumen. 
Pembelian berhubungan secara erat dengan kepentingan dan image konsumen itu
sendiri. Beberapa resiko yang dihadapi konsumen adalah resiko keuangan , sosial, 
psikologi. Dalam beberapa kasus, untuk mempertimbangkan pilihan produk secara 
hati-hati diperlukan waktu dan energi khusus dari konsumen. 
Keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah dimana tidak begitu penting 
bagi konsumen, resiko finansial, sosial, dan psikologi tidak begitu besar. Dalam hal 
ini mungkin tidak bernilai waktu bagi konsumen, usaha untuk pencarian informasi
tentang merek dan untuk mempertimbangkan pilihan yang luas. Dengan demikian,
keterlibatan kepentingan pembelian yang rendah umumnya memerlukan proses 
keputusan yang terbatas “ a limited process of decision making”. 
Pengambilan keputusan vs kebiasaan dan keterlibatan kepentingan yang rendah
vs keterlibatan kepentingan yang tinggi menghasilkan empat tipe proses pembelian 
konsumen.
EMPAT TIPE PROSES PEMBELIAN KONSUMEN : 
1. Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan
tinggi pada pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk
membeli sistem fotografi elektronik seperti Mavica atau keputusan untuk 
membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara aktif mencari 
informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa 
merek dengan menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan 
resolusi untuk sistem kamera elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya 
tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan keputusan yang komplek
adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan 
pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran. 
2. Proses “ Brand Loyalty “. Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari 
pengalaman masa lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan
dengan sedikit atau tidak ada proses pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau sereal
Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk
konsumen, sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga,
makanan sereal untuk orang dewasa karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas
merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga, pencarian 
informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya 
dalam konsumen memutuskan membeli merek yang sama.

Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak terlibat
atau keterlibatan kepentingan yang rendah dengan barangnya adalah tipe 
pengambilan keputusan terbatas dan proses inertia. 
2. Proses “ Limited Decision Making “. Konsumen kadang-kadang mengambil 
keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan kepentingan yang
tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk 
tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan
terhadap makanan snack yang biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan 
evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas dibanding pada proses
pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga 
terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan,
biasanya dilakukan seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan 
yang rendah, konsumen cenderung akan berganti merek apabila sudah bosan 
mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan melakukan apabila
resikonya minimal.
Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan 
konsumen daripada kekhasan barang. Karena itu tingkat keterlibatan
kepentingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih kepada sikap 
konsumen terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang 
konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal
dewasa karena nilai nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan
kepada kecantikan dan menggeser merek dalam mencari variasi. 
3. Proses “ Inertia “. Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan 
tidak ada pengambilan keputusan. Inertia berarti konsumen membeli merek 
yang sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena tidak
ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses
pencarian informasi pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson 
berpendapat bahwa dibawah kondisi keterlibatan kepentingan yang rendah “
kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang melekat dalam 
perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut”
contoh pembelian sayur dan kertyas tisu. 
Pengambilan keputusan konsumen menghubungkan konsep perilaku dan strategi 
pemasaran
melalui penjabaran hakekat pengambilan keputusan konsumen. Kriteria apa yang
digunakan oleh konsumen dalam memilih merek akan memberikan petunjuk dalam
manajemen pengembangan strategi.

Pengambilan keputusan konsumen adalah bukan proses yang seragam. Ada
perbedaan antara (1) pengambilan keputusan dan (2) keputusan dengan
keterlibatan kepentingan yang tinggi dan keputusan dengan keterlibatan
kepentingan yang rendah.

I. PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG KOMPLEK ( COMPLEKS DECISION
MAKING)

Untuk memahami keputusan yang komplek maka perlu dipahami hakekat 
keterlibatan konsumen dengan suatu produk. 
Kondisi keterlibatan konsumen akan suatu produk, apabila produk tersebut 
adalah : 
1. Penting bagi konsumen karena image konsumen sendiri, misalnya pembelian 
mobil sebagai simbol status. 
2. Memberikan daya tarik yang terus menerus kepada konsumen, misal dalam 
dunia mode ketertarikan konsumen model pakaian. 
3. Mengandung resiko tertentu, misal resiko keuangan untuk membeli rumah, 
resiko teknologi untuk pembelian komputer. 
4. Mempunyai ketertarikan emosional, misal pencinta musik membeli Sistem
stereo yang baru.
5. Dikenal dalam kelompok grupnya atau “ badge “ value dari barang yang
bersangkutan, seperti jaket kulit, mobil marsedes atau scarf dari Gucci.

Penelitian dalam penagambilan keputusan meliputi lima tahap :
1) Penetapan masalah
2) Pencarian informasi
3) Evaluasi terhadap pilihan
4) Pemilihan
5) Hasil dari pilihan
Langkah-langkah ini dapat ditransformasikan ke dalam tahap-tahap
keterlibatan konsumen dalam pengambilan keputusan yang komplek :
1) Need Aurosal
2) Proses informasi konsumen
3) Evaluasi Merek
4) Pembelian
5) Evaluasi sesudah pembelian

Pengambilan keputusan yang komplek seringnya untuk produk berkategori :
• - Barang dengan harga tinggi
• - Barang yang mempunyai resiko penampilan seperti mobil dan produk medis
• - Barang yang kompleks seperti komputer
• - Barang special seperti peralatan olah raga, perabot

CH II. PEMBELAJARAN KONSUMEN, KEBIASAAN DAN KESETIAAN
( CONSUMER LEARNING, HABIT AND LOYALTY )
Chapter ini membahas kebalikan kebiasaan pengambilan keputusan yang
kompleks,. Kepuasan terhadap suatu merek cenderung mengarahkan konsumen
mengulang keputusannya untuk membeli merek yang sama sehingga menjadi
kebiasaan. Kebiasaan menjamin kepuasan berdasarkan pengalaman masa lalu dan
menyerderhanakan proses pencarian informasi dan evaluasi terhadap suatu merek.
Pelajaran konsumen, kebiasaan dan kesetiaan adalah tiga konsep yang saling
berhubungan. Perilaku kebiasaan membeli adalah hasil pembelajaran konsumen dari
reinforcement. Reinforcement adalah suatu proses dimana konsumen akan
berulangkali membeli apa yang telah memberi kepuasaan terbaik kepadanya.
Perilaku tersebut mengarahkan kepada kesetiaan merek.
PEMBELAJARAN KONSUMEN (CONSUMER LEARNING)
Konsep pembelajaran dibutuhkan memahami kebiasaan, pembelajaran dapat
didefenisikan sebagai perubahan perilaku yang berasal dari hasil pengalaman masa
lalu. Ada dua aliran pemikir tehadap pemahaman proses pembelajaran konsumen (1)
pembelajaran perilaku. Menitiberatkan pada dorongan pada pengaruh perilaku atau
perilaku itu sendiri. (2) pembelajaran kognitip menitiberatkan pada pemecahan
masalah dan menekankan pada variabel pemikiran konsumen yang mempengaruhi
pembelajaran.
Dalam kelompok perilaku dikembangkan dua teori pembelajaran, perbedaan
terjadi pada “ classical conditioning “ dan “ Instrumental conditioning. Pada “
classical conditioning” menerangkan perilaku berdasar pada pendirian hubungan
tertutup antara dorongan primer dan dorongan sekunder. “ Instrumental
conditioning “ memandang perilaku sebagai fungsi dari tindakan konsumen .
Kepuasan mengarahkan pada kemungkinan melakukan pembelian.
Pembelajaran mengarahkan kepada pembelian yang berulang dan kebiasaan.
Dalam model yang menggambarkan perilaku kebiasaan pembelian, pengarahan
kebutuhan mengarah langsung pada perhatian membeli, pembelian selanjutnya, dan
evaluasi sesudah pembelian. Proses pencarian informasi dan evaluasi merek sangat
sedikit (minimal).
Kebiasaan menggambarkan dua fungsi penting, yaitu penurunan resiko untuk
pembelian dengan tingkat keterlibatan yang tinggi dan penghematan waktu serta
energi untuk produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah.
Kebiasaan seringnya mengarahkan kepada kesetiaan merek yaitu pada
pembelian yang berulang berdasarkan pada kesesuaian merek. Teori pembelajaran
yang berbeda menjabarkan dua pandangan yang berbeda terhadap kesetiaan merek.
Pendekatan instrumental conditioning menunjukkan bahwa pembelian yang
konsisten terhadap suatu merek mencerminkan komitmen terhadap suatu merek.
Tetapi sebagian loyalitas mencerminkan pembelian yang berulang adalah bukan
karena komitmen dengan merek tetapi merupakan proses inertia. Kelompok kognitip
percaya bahwa perilaku saja tidak cukup sebagai ukuran loyalitas, diperlukan
komitmen sikap terhadap suatu merek.

H.4. PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN KETERLIBATAN YANG
RENDAH
Chapter ini membahas pilihan konsumen dalam situasi keterlibatan yang rendah.
Keterlibatan pembelian yang rendah dimana konsumen tidak mempertimbangkan
kepentingan produk dalam sistem kepercayaannya dan tidak begitu memperhatikan
identifikasi suatu produk.
Pemasar mencoba untuk menciptakan keterlibatan konsumen dengan produknya
karena keterlibatan konsumen akan cenderung kepada kesetiaan merek dan
mencegah konsumen mencari produk saingan. Permasar mencoba menciptakan
keterlibatan dengan differensiasi merek melalui pencari periklanan yang bisa
memenuhi kebutuhan pembeli. Contoh untuk jenis sereal untuk dewasa pada
mulanya adalah produk dengan keterlibatan yang rendah, setelah Kellog memulai
menambah nutrisi dan manfaat kesehatan maka tingkat keterlibatan meningkat..
Tiga Teori Dasar Pemahaman Tingkat Pengambilan Keputusan yang Rendah
:
™ Theory of passive learning ( Krugman ); menyatakan bahwa apabila
konsumen tidak terlibat, konsumen tidak melakukan evaluasi secara kognitip
terhadap pesan periklanan. Eksposur periklanan dapat terjadi tanpa recalldan
luas.
™ Theory of social judgement (Sherif), menyatakan bahwa kondisi
keterlibatan yang rendah, konsumen mempertimbangkan beberapa merek,
dan dalam mengevaluasi merek menggunakan sedikit atribut.
™ The Elaboration likelihood model ( Petty & Cacioppo’s) menyatakan
bahwa ketidakterlibatan konsumen merupakan reaksi kepada dorongan
tanpa pesan dalam komunikasi daripada pesan itu sendiri.

Implikasi Strategi Pengambilan Keputusan Keterlibatan Kepentingan
Rendah

 Implikasi pengambilan keputusan dengan tingkat keterlibatan yang rendah
terhadap pengembangan strategi pemasaran, beberapa pertanyaan strategi muncul :
• Haruskah pemasar berusaha membuat konsumen lebih terlibat terhadap
suatu produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah ?
• Haruskah pemasar merek yang tidak terkenal mengambil konsumen untuk
menggeser dari perilaku inertia ke pencari variasi ?
• Haruskah pasar dikelompokkan berdasar tingkat keterlibatan konsumen ?
Jawabannya adalah iya

Alamat Referensi: http://library.usu.ac.id/